Koin Untuk Presiden

(Mengkaji Tanggung Jawab Seorang Pemimpin)
Penulis : Kaharuddin Eka Putra
Berbagai macam gerakan bermunculan, yang pada umumnya semua gerakan melakukan aksi sindiran terhadap pernyataan presiden yang dianggap “ingin naik gaji” tersebut. Lebih spesifik lagi yaitu gerakan yang menamakan diri “Gerakan Pengumpul Koin untuk Presiden”.
Gerakan-gerakan yang pada intinya mengharapkan presiden peka dengan keadaan rakyatnya, karena faktanya masih banyak masyarakat yang hidupnya sangat jauh dari kata sejahtera (miskin).
Gerakan tersebut terus menerus bermunculan dari berbagai LSM, Aktivis Kampus dan warga masyarakat, yang sepakat mengadakan aksi pengumpulan koin untuk menyindir presiden. Namun, ada juga yang memang benar-benar paham dengan pernyataan yang keluar dari mulut presiden, dimana presiden menyatakan “lebih mendahulukan TNI dan POLRI untuk naik gaji, dengan memberikan remunerasi”, (bukan berarti presiden minta naik gaji ”Hipotesis Awal”).
Wikipedia menjelaskan bahwa remunirasi adalah pay or salary, typically monetary payment for services rendered, as in an employment. Usage is considered formal. Dari baca sana dan sini, sedikit bisa memahami tentang maksud dari remunerasi, yaitu sistem penggajian tambahan berdasarkan beban kerja (jabatan), tanggung jawab, presatasi dan kinerja (jadi tidak hanya berdasarkan pangkat).
Missed Communication antara “pembicara dan pendengar” yang terjadi pasca pernyataan itu pertanda bahwa negeri ini sedang mengalami krisis, yaitu krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan, presiden khususnya. Sedikit saja nyeletuk kata-kata yang membuat rakyat tersinggung, rakyat langsung turun tangan. Dari hal itu bisa dilihat bahwa rakyat terlalu sering merasa di disakiti /dizalimi dan sekarang rakyat membulatkan tekat untuk melawan. Rakyat indonesia semakin cerdas dan mampu menilai serta mengukur (evaluasi) kinerja pemerintahan, berhasil atau gagal total.
Beberapa hari setelah terlontarnya pernyataan presiden itu, tiba-tiba muncul lagi wacana baru bahwa gaji + tunjangan presiden dan 8000 orang pejabat lainnya akan naik dan cair pada tahun ini. Fakta lain, Pemerintah sudah memasukkan rencana kenaikan gaji dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011 (Tempo Interaktif, 28 Januari 2010). Berarti pernyataan presiden tentang gaji itu “berbuah manis” dan berarti juga Susilo Bambang Yudhoyono merupakan presiden pertama yang pernah “curhat” masalah gaji.
Rencana kenaikan gaji presiden dan pejabat negara diusulkan tak lama setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluhkan gajinya selama tujuh tahun tidak naik. Mendengar keluhan ini, Agus Martowardojo selaku menteri keuangan langsung menyatakan akan segera menaikkan gaji presiden dan wakil presiden serta 8.000 pejabat negara pada tahun ini, “berarti curhat Presiden dinyatakan sukses”.

Data Gaji Pejabat Negara

          Mengacu pada data 2005 yang ada di Kementerian Keuangan, inilah daftar gaji pejabat itu:
1.     PRESIDEN
Gaji pokok: Rp 30.240.000
Tunjangan jabatan: Rp 32.500.000
Total: Rp 62.740.000
2.    WAKIL PRESIDEN
Gaji Pokok: Rp 20.160.000
Tunjangan jabatan: Rp 22.000.000
Total: Rp 42.160.000
3.    Menteri Negara, Jaksa Agung, Panglima TNI dan pejabat lain yang setingkat.
Gaji pokok: Rp 5.040.000
Tunjangan jabatan: Rp 13.608.000
Total: Rp 18.648.000
4.    KETUA DPR
Gaji pokok: Rp 5.040.000
Tunjangan jabatan: Rp 18.900.000
Uang paket: Rp 2.000.000
Komunikasi Intensif: Rp 4.968.000
Total: Rp 30.908.000
5.    WAKILKETUADPR
Gaji pokok: Rp 4.620.000
Tunjangan jabatan: Rp 15.600.000
Uang paket: Rp 2.000.000
Komunikasi Intensif: Rp 4.554.000
Total: Rp 26.774.000
6.    KETUA MAHKAMAH AGUNG
Gaji pokok: Rp 5.040.000
Tunjangan jabatan: Rp 18.900.000
Uang paket: Rp 450.000
Total: Rp 24.390.000
7.    KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Gaji pokok: Rp 5.040.000
Tunjangan jabatan: Rp 18.900.000
Total: Rp 23.940.000
8.     GAJI GUBERNUR BANK INDONESIA.
Tahun 2006 : Rp 265 juta per bulan
9.    DIREKTUR UTAMA BRI
Rp 167 juta per bulan (berdasar Keputusan pemegang saham 2009)
10. DIREKTUR UTAMA BANK MANDIRI
Rp 166 juta (berdasar Keputusan pemegang saham 2009)
11.  DIREKTUR UTAMA TELKOM
Rp 118 juta per bulan (berdasar kinerja keuangan, Telkom 2009)
12. DIREKSI PT ANEKA TAMBANG
Rp 105 juta per bulan (berdasar RUPS 2009)
13. DIREKTUR UTAMA PT PERUSAHAAN GAS NEGARA
Rp 102 juta per bulan (berdasarRUPS 2009)
(sumber: tempointeraktif.com)
Dilihat dari daftar gaji di atas, besarnya memang dipengaruhi oleh bobot dan tanggung jawab suatu pekerjaan. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa berharap dengan adanya kenaikan gaji akan bisa menutup celah korupsi, karena apabila gaji naik otomatis penyimpangan tidak terjadi.

Data Rakyat Miskin Indonesia

          Menjadi miskin memang bukan yang mereka harapkan, tetapi miskin telah menjadi realita dan sahabat dalam kehidupan. Siapa orang di dunia ini yang mau menjadi “si miskin”, tentu saja tidak ada karena semua berharap memperoleh kehidupan yang layak dengan proses pencapaian yang halal tentunya.
          Mencoba menilik data rakyat miskin Indonesia sampai pada Maret 2010 di http://www.bps.go.id/ untuk data kemiskinan mikro, persentase penduduk miskin dihitung per provinsi dengan garis kemiskinan yang berbedabeda. Di DKI Jakarta besaran garis kemiskinan mencapai Rp331.169 perkapita per bulan, sementara di Papua Rp259.128
Data di level nasional merupakan penjumlahan penduduk miskin di seluruh provinsi, sehingga jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02   juta (13,33 persen dari total penduduk) dengan garis kemiskinan      sebesar Rp211.726 per kapita per bulan.
Sedangkan data kemiskinan makro, Data yang diperoleh disebut data Rumah Tangga Sasaran (RTS), yang mencakup bukan hanya rumah tangga (RT) miskin, tetapi juga RT hampir miskin, yaitu RT yang hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Jumlah RTS hasil pendataan bulan September 2008          adalah 17,5 juta rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebesar 60,4          jutajiwa.Namun, sebagian besar publik menggunakan angka 70 juta jiwa, dengan mengasumsikan besarnya ratarata anggota rumah tangga adalah 4 orang.
          Jadi, sebetulnya tidak ada dua angka kemiskinan. Data 31,20 juta menunjukkan data penduduk miskin (pendekatan makro), sementara data 60,4 juta jiwa menunjukkan data individu penduduk miskin plus hampir miskin (pendekatan mikro). Selisih di antara keduanya menunjukkan besarnya penduduk hampir miskin di Indonesia. Mereka tidak tergolong miskin tetapi sangat rentan terhadap kemiskinan. Perlu kehati-hatian dalam membandingkan data kemiskinan tersebut karena metode penghitungan dan tujuan penggunannya memang berbeda.

Dampak Kemiskinan
         
          Mengutip tulisan Abdul Ghopur di Deticcom, dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks. Pertama, pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup "fantastis" mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya [74,99 persen].
Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan [growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya banyak perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab, tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain meraka terpaksa di-PHK [Putus Hubungan Kerja].
Kedua, kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap. Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan "pemiskinan struktural" terhadap rakyatnya.

Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
Keempat, kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan "keamanan" dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia.

Pemimpin Menurut Islam
          Secara umum, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya (Bertakwa). Secara lebih khusus, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemimpin menurut Islam  adalah:
1.     Beraqidah yang bersih dari syirik, khurafat, tahayyul serta tidak percaya atau menggantungkan diri kepada jin, syetan dan dukun. Tuntunan daria aqidahnya pun jelas.. Al-Qur’an dan Al-Hadist… Aqidah dengan dasar ini, akan membangun hubungan antara manusia dengan Allah. Sehingga sang Pemimpin akan sadar benar rasa tanggung jawabnya sebagai manusia dihadapan Allah
“Dan jadikanlah kami pemimpin (imam) bagi orang-orang yang bertaqwa”
(Q.S Al-Furqon (25) 74).
Sungguh, Ibrahim adalah Imam (Pemimpin) yang dapat dijadikan teladan, patuh kepada Allah SWT dan hanif . Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (mempersekutukan Allah).” (Q.S An-Nahl/16: 120)
2.    Minimal dia seorang muslim yang baik, tidak pernah tinggal shalat wajib 5 waktu, tidak pernah tinggalkan puasa Ramadhan, tidak pernah lupa atau pura-pura lupa bayar zakat dan pernah pergi haji bila mampu.
3.    Fasih membaca Al-Quran, Al-Karim dan tahu bahwa Al-Quran Al-Karim adalah sumber dari segala sumber hukum. Sehingga tidak ada hukum baginya kecuali yang berdasarkan Al-Quran Al-Karim. Maka setiap masalah selalu dirujuknya kepada kitab dari Allah SWT ini.
4.  Tahu batas halal dan haram yang bentuknya adalah penerapan dalam diri, keluarga dan lingkungannya. Sehingga dengan mudah dia bisa membedakan mana praktek haram dan mana halal.
5.    Mempunyai hubungan yang dekat dengan para ulama.. agar dapat meningkatkan ilmu-ilmu yang telah di miliki dan memberikan pemahaman yang cukup tinggi, sehingga dalam memimpim… akan ada peningkatan kualitas diri sebagai pemimpin sekaligus… akan selalu berhati-hati untuk tidak secara sengaja berbuat salah.
6.    Tidak pernah mencuri, berzina, minum khamar, berjudi, menipu rakyat, makan uang negara, manipulasi, korupsi, kolusi dan tidak makan uang riba.
Bersedia secara terbuka dan jujur tentang jumlah harta yang dimilikinya.
7.    Menegakkan selalu amar makruh dan nahi mungkar dalam setiap kesempatan. Sebab sebagai penguasa, di tangannya ada kekuatan. Bila tidak dimanfaatkannya untuk amar makruf nahi mungkar, maka dia harus bertanggung-jawab di akhirat.
8.    Siap menerima teguran kapan dan dimana saja, berani bertanggung jawab, cepat tanggap, berada dibarisan terdepan ketika ada masalah yang harus segera diselesaikan, berani mengakui kesalahan dan menanggung akibatnya.
9.    Tidak menggunakan fasilitas negara untuk masalah yang bersifat pribadi atau pun kepentingan di luar negara secara langsung. Sebab semua fasilitas negara itu adalah amanat yang harus dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti.
10. Tidak akan makan atau mengisi perutnya sebelum yakin bahwa semua rakyatnya sudah makan. Tidak pernah berani tidur malam hari sebelum yakin rakyatnya tentram dan sejahtera. Dan tidak enak-enakan berpesta sebelum anak yatim terjamin masa depannya atau pun fakir miskin punya sumber rezeki yang jelas. (Sangat mencintai rakyatnya)
11.  Memjadi fasilitator untuk kecerdasan bangsa.
12. Mampu mengelola kekayaan negara dengan baik.
13. Bersikap adil kepada semua pemeluk agama dan memberikan jaminan dan hak-hak mereka untuk bisa hidup dengan damai di bawah jaminan dirinya. Tetapi bersikap tegas bila terjadi kecurangan dan pelanggaran antara sesama pemeluk agama.
14. Dapat menegakkan hukum-hukum Islam.. walaupun yang melakukan pelanggaran hukum adalah.. orang-orang terdekat ataupun keluarga.
15. Memanfaatkan jabatannya ini untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
16. Bercita-cita untuk bisa mati dalam keadaan syahid. Karena itu
satu-satunya pilihan
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Setiap kamu adalah pengembala dan setiap kamu akan diminta pertanggung jawabannya. Seorang pemimpin adalah pengembala bagi rakyatnya, maka ia akan ditanya tentang apa yang digembalakannya” (HR. Ahmad)
Filosofi Pemimpin yang Baik
Bagaimana sifat pemimpin yang baik dan benar?
Ada delapan makna filosofis yang tergambar dalam diri manusia sebagai seorang pemimpin.
Pertama, memiliki sifat seperti matahari atau sang surya. Setiap pagi selalu terbit dari sebelah timur dan sore akan tenggelam sebelah barat tepat pada waktunya. Dia memberikan kekuatan, energi, semangat, dan harapan untuk hidup. Dari sifat atau watak sang surya itulah, manusia dapat mencontoh sifat kedisiplinan dalam menjalani kehidupan, selalu memberikan kekuatan, semangat, dan harapan bagi dirinya dan kemudian ditularkan kepada semua yang ada di sekelilingnya, terutama keluarga dan masyarakat. Selain itu, matahari pelita dunia dan diharapkan manusia juga dapat berperan sebagai penerang kehidupan bermasyarakat. Jangan sebaliknya, menimbulkan ketidakdisiplinan kinerja, menciptakan situasi panas, tidak bersemangat kerja, dan menumbuhkan permusuhan satu sama lain.
Kedua, watak bulan atau sang candra. Saat malam, sinar matahari sudah tidak lagi menerangi sebagian bumi sehingga sinar bulan akan menggantikan kedudukan matahari, yaitu penerang malam. Makna filosofisnya, pemimpin harus bisa mencontoh bulan yang dapat menerangi diri sendiri dan orang lain saat dalam kegelapan hati dan pikiran.
Pengertian penerangan adalah memberikan nasihat, penjelasan, pendidikan, dan memberikan suri taudalan bagi orang yang belum mengerti atau yang sesat. Bukan sebaliknya, malah tidka memberikan contoh yang baik, mudah sekali berkata bohong dan bertindak diktator, serta membiarkan masyarakat tetap hidup dalam kegelapan.
Ketiga, bintang atau sang kartika. Bintang dapat dijadikan sebagai pedoman para nelayan atau pelaut yang fungsinya dapat menggantikan peralatan kompas jika ingin bepergian berlayar pada malam hari. Filosofisnya, seorang pemimpin harus bisa memberikan pedoman atau petunjuk cara melangkah ke arah yang benar supaya tidak tersesat, menjadi teladan bagi orang lain, dan hendaknya dapat menampilkan diri dengan baik dan benar serta tidak mengajarkan hal-hal yang menyimpang dari aturan.
Keempat, bumi, tanah atau kisma. Tanah atau bumi memiliki sifat sabar, welas asih atau murah hati. Biar bumi diinjak-injak, digali, dibom, bahkan diperlakukan apa saja, ia tidak akan bereaksi apa pun dan akan menerima apa adanya. Filosofisnya, seorang pemimpin hendaknya bisa mencontoh bumi, yaitu sebagai tempat berpijak, tumpuan bagi orang yang berkeluh-kesah dan pengayoman masyarakat. Bukan sebaliknya, tempat keresahan, kegundahan, dan ketidakpastian.
Kelima, laut, samudera tau baruna. Laut merupakan muara (hilir) semua sungai yang mengalir dari pegunungan (hulu), baik berasal dari sungai besar atau kecil, sungai bersih atau kotor (berpolusi), maupun sungai yang berkelo-kelok atau lurus. Filosofisnya, pemimpin hendaknya harus siap sebagai penampung berbagai kesulitan yang sedang dilanda masyarakat, penciptaan kehidupan, kesabaran, penyejuk, kehausan akan informasi, dan transformasi. Bukan menjadi penciptaaan bencana dalam kehidupan yang sulit dan tidak mau menerima keluhan masyarakat serta apatis.
Keenam, api atau dahana. Sifat api adalah melahap apa saja yang ada di dekatnya tanpa melihat siapa, apa, kapan, dimana, dan mengapa. Filosofisnya, seorang pemimpin harus berani bertindak tegas dan tanpa pandang bulu dalam menegakkan kebenaran dan keadilan sebagai tempat penerang hati-nurani, pelita hidup dan kehidupan. Bukan sebaliknya, pemicu, provokator atau pembangkit nafsu amarah dan nafsu setan serta membiarkan ketidakadilan dan ketidakbenaran dalam tata kehidupan bernegara.
Ketujuh, angin atau maruta. Sifat angin bis abertiup ke mana-mana dan ada di mana-mana yang tidak membedakan ruang, waktu, dan tempat. Nilai filosofisnya, seorang pemimpin harus bisa masuk ke segala lini, tidak membedakan suku, bangsa, ras, dan agama yang bisa dirasakan sampai ke masyarakat tingkat bawah sekalipun.
Kedelapan, langit atau angkasa. Langit merupakan tempat bagi benda-benda langit, yaitu bintang, bulan, meteor, dan komet. Pada saat langit mendung dan terlihat hitam kelam disertai dengan suara gelegar guntur maupun kilatan petir yang akhirnya muncul hujan deras, langit tetap diam dan tidak pernah protes. Filosofisnya,
seorang pemimpin harus tetap tegar, perkasa, dan percaya diri dalam menghadapi suara masyarakat yang kencang, tekanan, dan berbagai tantangan lainnya.
Pada saat udara cerah, langitpun cerah. Sehingga seorang pemimpin haruslah memiliki sifat berwibawa dan selalu bermanfaat.
Simpulan
       Sudah saatnya para pejabat tinggi pada umumnya dan presiden pada khususnya untuk mulai memikirkan rakyat kalangan bawah, masih banyak yang tinggal di kolong-kolong jembatan, masih banyak orang tua yang menjadi PSK untuk membiayai sekolah anaknya, masih banyak yang nekat mencuri ayam untuk menghentikan tangisan lapar anaknya yang ingin makan ayam goreng, masih banyak yang setiap hari hanya makan singkong rebus, dan masih banyak perjuangan hidup lainnya yang patut diperjuangkan.
          Renungkan bersama, tujuan mereka Cuma satu, yaitu untuk menyambung hidup. Studi perbandingan dengan para pejabat, kaum elit berdasi, yang keinginannya selalu dapat terpenuhi, semudah membalikkan telapak tangan. Gaji pokok dan tunjangan yang jumlahnya puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah perbulannya bisa membuat mereka berleha-leha menikmati hidup sesuai keinginan.
          Rakyat semakin cerdas dan bisa berpikir jauh ke depan, mereka mulai berpikir dan bertanya “Apakah Pemimpin Negeri Ini Masih Pantas di Sebut Pemimpin ?”, jika masih, “Apa yang Harus dibenahi Untuk kedepannya ?” jawabannya adalah “berusaha membuat kepercayaan rakyat kembali terhadap kalian”.
Sumber :
Departemen Pendidikan YISC Al-Azhar 2006-2007, Syariah Online.com
Deticcom
Tempointeraktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

supaya link sobat terindex, ubah tanda panah kecil di bawah ke URL, dan isi Nama serta alamat blog sobat, ini merupakan cara back link otomatis !!