PENDAHULUAN
Seorang calon guru nantinya akan benar-benar dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Di dalam mengajar nantinya seorang guru dituntut untuk bisa memberikan pendidikan yang terbaik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dalam hal itu, evaluasi pendidikan merupakan salah satu bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung ntercapainya tujuan pendidikan tersebut, dan diantara evaluasi yang dilakukan oleh guru yaitu evaluasi hasil belajar, dimana evaluasi ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keterampilan siswa setelah menerima materi dan arahan dari seorang guru.
Evaluasi hasil belajar ini sangatlah penting dimana seorang guru harus benar-benar obyektif dan profesional dalam melaksanakannya, karena disini seorang guru akan memutuskan berhasil tidaknya seorang murid.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang langkah-langkah evaluasi belajar yang akan memberikan pemasukan bagi seorang guru tentang langkah-langkah membuat soal.
PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi Belajar
Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi pendidikan merinci kediatan evaluasi ke dalam enam langkah pokok.
1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:
a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
b. Menetapkna aspek-aspek yang hendak dievaluasi. Misalnya apakah aspek kognitif, aspek afektif ataukah aspek psikomotorik.
c. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam melaksanakan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik tes ataukah teknik nontes. Jika teknik yang akan dipergunakan itu adalah teknik nontes, apakah pelaksanaannya dengan menggunakan pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire)?
d. Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penialain hasil belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil belajar (pada evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik tes). Daftar check (check list), rating scale, panduan wawancara (interview guide) atau daftar angket (questionnaire), untuk evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik nontes.
e. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan untuk memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah yang akan dipergunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan Penilaian beracuan kelompok atau Norma (PAN)
f. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).
2. Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik nontes).
3. Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebihn dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).
4. Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganilisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu maka data hasil evaluasi perlu disusun dan diatur demikian rupa sehingga “dapat berbicara”. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik.
5. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tertentu mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
6. Tindak lanjut hasil evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
Dalam buku berjudul, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Karya Muhammad Ali, juga dijelaskan mengenai langkah-langkah evaluasi, yakni :
a. tahapan persiapan,
Pada tahapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun alat evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut meliputi :
1) Tujuan Pengajaran. Yakni bentuk perilaku yang akan dievaluasi. Bila evaluasi dilakukan secara formatif tujuan pengajaran di samping untuk kepentingan evaluasi, juga dalam rangka pengembangan sistem pengajaran (system instructional). Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi sumatif atau untuk kepentingan diagnostik maupun penempatan, maka perumusan tujuan disesuaikan dengan maksud tertentu. Dalam perumusan tujuan perlu diperhatikan aspek yang akan diukur berdasarkan klasifikasi taxonomi pendidikan.
2) Menentukan ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi yang dibuat. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber bahan yang representatif, sehingga dalam mengambil sample bahan yang akan dievaluasikan betul-betul mencerminkan tentang berbagai aspek yang akan diukur. Hal ini terutama sekali berlaku bila bukan evaluasi formatif yang akan dilaksanakan.
3) Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakan dan dibuat dalam kisi-kisi
4) Bila evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif, soal yang dibuat perlu diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
b. Tahapan pelaksanaan.
Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu. Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran terhadap satu unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program, apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi Belajar Tahap Akhir termasuk pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
c. Tahap pemeriksaan,
penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi dengan test essay ataupun t6es obyektif. Hal ini disamping untuk mempermudah pemeriksaan juga untuk menghindari unsur subyektif dalam memberikan angka.
Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka mentah. Agar kita memperoleh angka masak (angka terjabar) perlu dilakukan pengolahan dengan menggunakan aturan-aturan tertentu. Untuk menghasilkan angka terjabar ini dasar penentuan angka disesuaikan dengan acuan yang digunakan, apakah aduan petokan ataukah acuan norma.
B. MENYUSUN KISI-KISI
Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang baik apabila materi yang tercantum dalam item-item tes tersebut merupakan pilihan yang cukup representatip terhadap materi pelajaran yang diberikan di kelas yang bersangkutan. Apabila materi yang diungkapkan dalam item-item suatu tes hasil belajar hanya menyangkut sebagian kecil saja dari keseluruhan materi yang harus dikuasai oleh murid-murid maka tes hasil belajar tersebut bukanlah merupakan tes yang baik. Sebaliknya apabila materi diungkapkan dalam item-item tes hasil belajar teadi melebihi daripada apa yang harus diketahui oleh murid-murid, maka tes hasil belajar semacam itupun bukanlah merupakan tes yang baik.
Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang cukup representatif terhadap bahan yang ditetapkan dapat dilakukan dengan mengadakan analisa rasional. Artinya kita mengadakan analisa berdasarkan pikiran-pikiran yang logis, bahan-bahan apa yang perlu kemukakan dalam suatu tes, sehingga tes yang kita susun tersebut benar-benar merupakan pilihan yang representatif terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat pada sumber-sumber tertentu, seperti : tujuan pelajaran, rencana pelajaran, buku-buku pedoman dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Analisa rasional ini kita tuangkan dalam kisi-kisi atau “blue-print” atau “lay-out” tentang pokok-pokok yang akan kita kemukakan dalam tes.
Dalam kisi-kisi ini kita cantumkan beberapa hal yang penting, yaitu :
1. Ruang lingkup (scope)
Dari pengetahuan yang akan diukur sesuai dengan rencana pelajaran yang telah kita tetapkan dalam kurikulum atau dalam program evaluasi.
2. Proporsi jumlah item daripada tiap-tiap sub materi.
Proporsi jumlah item untuk tiap-tiap sub materi hendaknya sesuai dengan proporsi daripada luas masing-masing sub materi. Misalnya apabila dalam suatu materi terdiri dari tiga sub dengan proporsi 25%:40%:35%, maka jumlah itemnya pun harus mengikuti proporsi 25%:40%:35%.
3. Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur.
Ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan untuk menggolongkan jenis-jenis pengetahuan Salah satu klasifikasi yang dapat digunakan adalah klasifikasi dari Bloom yang membagi jenjang pengetahuan menjadi enam tingkatan yaitu : ingatan, pemahaman, penerapan, sintesis dan evaluasi. Dalam mengadakan evaluasi hasil belajar sedapat mungkin hendaknya diusahakan agar keenam jenjang pengetahuan tersebut kita ukur.
4. Bentuk/tipe tes yang akan digunakan.
Bentuk/tipe tes yang digunakan hendaknya lebih dari satu bentuk/ tipe. Misalnya : pilihan ganda dengan menjodohkan, ataiu essay dengan melengkapi dan sebagainya.
C. MENULIS SOAL
Setelah kita menyusun kisi-kisi (lay-out) maka langkah selanjutnya adalah menuliskan pertanyaan-pertanyaan (item writing) kadang-kadang ada satu kebiasaan untuk menuliskan item-item tes segera setelah suatu persiapan mengajar selesai disusun, apabila kebiasaan itu dilakukan, maka langkah penulisan soal-soal ini dengan sendirinya bisa dilampaui.
Untuk menuliskan soal-soal/ item-item yang baik maka kita harus berpedoman saran-saran penyusunan item-item untuk tiap-tiap tipe tes, banyaknya item-item yang ditulis hendaknya lebih banyak dari pada item yang diperlukan, sehingga nantinya bisa dipilih item-item mana yang lebih baik.
a. Item untuk mengukur kognitif satu (c1) yaitu item untuk mengukur kemampuan untuk mengingat/ menghafal atau mengukur pengetahuan faktual, ciri itemnya adalah menanyakan tentang :apa, siapa, dimana dan bilamana.
Contoh :
1. Ibu kota Provinsi Jawa Tengah adalah
a. Magelang b. Semarang c Solo d. Wonosobo
e. Yogyakarta
b. Item yang mengukur kognitif dua (c2) adalah item yang mengukur kemampuan pemahaman (comprehension). Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk mencari persamaan, mencari perbedaan, mencari hubungan, menjelaskan suatu pengertian, menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.
Contoh :
1. Persamaan antara mamalia dengan reptil antara lain adalah
a. sama-sama berdaun telinga b. Sama-sama berdarah panas
c. sama-sama bernafas dengan paru-paru d. Sama-sama melahirkan
e. sama-sama pemakan tumbuhan
c. Item yang mengukur kognitif tiga (c3) adalah item yang mengukur kemampuan menerapkan (aplication) suatu pengertian, kaidah, dalil dan rumus.
Contoh :
1. Yang tergolong kalimat mubajir adalah
a. Mereka tolong-menolong dalam segala kegiatannya
b. Mereka saling tolong menolong dalam segala kegiatan
c. Mereka saling tolong menolong dalam segala kegiatan
d. Mereka saling menolong dalam segala kegiatan
e. Mereka saling bertolong dalam segala kegiatan
d. Item yang mengukur kognitif empat (c4) adalah item yang mengukur kemampuan untuk menganalisis. Ciri itemnya adalah berupa suruhan untuk mengidentifikasi sifat-sifat/ ciri-ciri tertentu, mengidentifikasi suatu sebab, motif atau alasan dan mencari bukti yang menyokong atau menolak suatu kesimpulan.
Contoh :
1. Manusia pancasila adalah
a. Manusia yang memahami pancasila dan meyakini pancasila dan meyakini pancasila sebagai dasar negara.
b. Manusia yang anti terhadap ideologi asing, seperti : Kapitalisme, Liberalisme dan Komunisme.
c. Manusia yang anti terhadap ideologi yang bersifat extream
d. Manusia yang sikap mental dan perbuatannya sesuai dengan pancasila
e. Manusia yang sikap mental dan perbuatannya selalu pasrah pada Nasib
e. Item yang mengukur kognitif lima (c5) adalah item yang mengukur kemampuan mengadakan sintesis. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk merangkum fakta-fakta menjadi suatu pengertian, mengkaji informasi untuk menaris suatu kesimpulan, membuat ramalan dan memecahkan masalah.
Contoh :
1. Sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta mengembangkan sikap hormat menghormati antar sesama, mencerminkan pengalaman pancasila, terutama sila ....
a. Pertama b. Kedua c. Ketiga d. Keempat e. Kelima
f. Item yang mengukur kognitif enam (c6) adalah item yang mengukur kemampuan untuk mengadakan mengevaluasi. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk menentukan mana yang terbaik/ terjelek atau mana yang lebih baih/ lebih jelek berdasarkan suatu patokan tertentu.
Contoh :
1. Keadaan manakah diantara keadaan berikut yang paling menguntungkan seorang debitur ?
a. Deflasi yang tidak terduga b. Inflasi yang tidak terduga
c. Deflasi yang dapat diduga d. Inflasi yang dapat diduga
Dalam buku karya Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar dijelaskan bahwa ada dua jenis tes yang dibahas dalam buku tersebut, yaitu tes uraian (tes essay) dan tes obyektif.
Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur, sedangkan tes obyektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni pilihan benar salah, pilihan ganda, menjodohkan dan isian pendek atau melengkapi.
1) Tes Uraian
Tes uraian ialah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dan lain-lain.
a. Jenis Tes Uraian
1) Uraian Bebas (free test)
Dalam uraian bebas, jawaban siswa tidak dibatasi bergantung pada pandangan siswa itu sendiri
Contoh :
1. Coba saudara jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat?
Dalam contoh diatas, siswa bebas mengemukakan sebab-sebab pertumbuhan penduduk menurut pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya.
2) Uraian Terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu/ ada pembatas tertentu.
Contoh:
1. Coba saudara jelaskan tiga faktor penyebab pertumbuhan penduduk?
dalam pertanyaan di atas jawaban seolah-olah diarahkan kepada aspek tertentu, yakni kepada siswa hanya diminta tiga faktor penyebab.
3) Tes Uraian (soal-soal berstruktur)
Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya, soa berstruktur berisi unsur-unsur a). Pengantar soal, b) seperangkat data dan serangkaian sub soal.
Contoh :
Daftar nilai hasil ujian Matematika siswa kelas 2 SMA
Nilai | Jumlah Siswa | Kumulatif |
32 | 1 | 1 |
31 | 2 | 3 |
30 | 2 | 5 |
29 | 2 | 7 |
28 | 1 | 8 |
27 | 2 | 10 |
Dari data di atas :
a) hitunglah berapa rata-ratanya dan berapamediannya.
b) hitunglah berapa orang siswa yang nilainnya termasuk ke dalam kelompok 28-31, 30-32.
c) Hitung pula berapa simpangan bakunya.
b. Menyusun Soal Bentuk Uraian
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1). Dari segi isi yang diukur
Segi yang hendak diukur, hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep dll.
Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditunjukan, pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan.
2) Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui dengan mudah makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit, membingungkan, atau mengecoh siswa.
3) Dari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif dari pada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal yang tergolong sulit diberi bobot yang lebig besar.
4) Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban salah atau kurang memadai. Jangan sekali-sekali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut dari siswa.
Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan (power test), bukan kecepatan (speed test), maka dalam pelaksanaan test ini hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1) Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburu-buru.
2) Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
3) Awasi pengerjaan soal oleh siswa sehingga dia bekerja sendiri tanpa kerjasama dengan siswa lainnya.
4) Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan pelajarannya. Biasanya soal-soal yang mengungkapkan aplikasi suatu konsep, pemecahan suatu masalah, menarik suatu generalisasi dapat diberikan kepada siswa dengan memperbolehkan membuka buku dan catatan lainnya.
5) Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru menjelaskan jawaban setiap soal sehingga setiap siswa mengetahuinya sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka mengenai bahan atau materi pelajaran.
c. Pemeriksaan, skoring, dan penilaian tes uraian
Memeriksa jawaban-jawaban soal uraian tidak semudah tes obyektif sekalipun telah ada kunci jawabannya. Setiap jawaban soal uraian harus dibaca seluruhnya sebelum diberi skor sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian. Cara pertama ialah diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor. cara kedua ialah diperiksa nomor demi nomor untuk semua siswa.
2. Tes Obyektif
Soal-soal bentuk obyektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
Soal-soal bentuk obyektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, banar-salah, menjodohkan, dan pikiran ganda. Kecuali bentuk jawaban singkat, dalam soal-soal bentuk obyektif telah tersedia kemungkinan-kemungkinan jawaban (options) yang dapat dipilih.
a. Bentuk soal jawaban singkat
bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.
Contoh :
· Berapakah luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8 cm dan tingginya 6 cm?
· Luas daerah segitiga yang panjangn alasnya 8cm dan tingginya 6 cm adalah ...
Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.
Contoh :
Pengetahuan tentang istilah:
1) Sikap untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya disebut prinsip .... (ekonomi)
2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dipilih setiap .... tahun ( 5 tahun )
Kebaikan bentuk soal jawaban singkat :
1) Menyusun soalnya relatif mudah
2) Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak
3) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
4) Hasil penilaiannya cukup obyektif
Kelemahan bentuk soal jawaban singkat :
1) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2) Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian.
3) Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa
Kaidah dan contoh penulisan soal :
1) Jangan mengambil atau menggunakan Pertanyaan yang langsung diambil dari buku
2) Pertanyaan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima. Contoh :
- kurang baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada ....
- baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada tahun ....
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip.
Contoh :
(B)-S 1. Danau toba di Sumatra Utara dari segi pembentukannya merupakan danau tektonik.
(B)-S 2. Nitrogen membantu pembakaran
B-(S) 3. Berat 1 liter air adalah 100 gram.
Kebaikan bentuk soal benar-salah :
1) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan obyektif dan cepat
2) Soal dapat disusun dengan mudah
Kelemahan bentuk soal benar-salah :
1) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%
2) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali
3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan.
c. Bentuk soal menjodohkan
Betuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak dari pada soalnya karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan hanya menebak.
Contoh ;
Kelompok A Kelompok B
b 1. Kekurangan Vit. C a. Penyakit rabun ayam
f 2. Kekurang Vit. B kompleks b. sariawan
e 3. Kekurang Vit. B1 c. Penyakit gondok
a 4. Kekurangan Vit. A d. Penyakit rakhitis
d 5. Kekurangan Vit. D e. Penyakit beri-beri
f. pertumbuhan tubuh lambat
Kebaikan bentuk soal menjodohkan :
a) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan obyektif
b) Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan
c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas
Kelemahan bentuk soal menjodohkan :
a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta-fakta dan hafalan
b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
Kaidah penulisan soal menjodohkan :
a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen
b) Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti
c) Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari jumlah soal
d) Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban.
e) Susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang sama
f) Acaklah susunan jawaban agar siswa berfikir.
d. Bentuk soal pilihan ganda
soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :
· Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan dinyatakan
· Option : sebuah pilihan atau alternatif jawaban
· Kunci : jawaban yang benar atau yang paling tepat
· Distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban
(pengecoh)
PENUTUP
SIMPULAN
Jadi, dapat ditarik kesimpulan tentang langkah-langkah evaluasi hasil belajar yaitu :
1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
2. Menghimpun data
3. Melakukan verifikasi data
4. Mengolah dan menganalisis data
5. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
6. Tindak lanjut hasil evaluasi
Dalam kisi-kisi ini kita cantumkan beberapa hal yang penting, yaitu :
1. Ruang lingkup (scope)
2. Proporsi jumlah item daripada tiap-tiap sub materi
3. Jenis pengetahuan atau aspek proses mental yang hendak diukur
4. Bentuk/tipe tes yang akan digunakan
Untuk menuliskan soal-soal/ item-item yang baik maka kita harus berpedoman saran-saran penyusunan item-item untuk tiap-tiap tipe tes, banyaknya item-item yang ditulis hendaknya lebih banyak dari pada item yang diperlukan, sehingga nantinya bisa dipilih item-item mana yang lebih baik.
1. Item untuk mengukur kognitif satu (c1) yaitu item untuk mengukur kemampuan untuk mengingat/ menghafal atau mengukur pengetahuan faktual, ciri itemnya adalah menanyakan tentang :apa, siapa, dimana dan bilamana.
2. Item yang mengukur kognitif dua (c2) adalah item yang mengukur kemampuan pemahaman (comprehension). Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk mencari persamaan, mencari perbedaan, mencari hubungan, menjelaskan suatu pengertian, menjelaskan suatu bagan dan memetik buah pikiran dari suatu teks.
3. Item yang mengukur kognitif tiga (c3) adalah item yang mengukur kemampuan menerapkan (aplication) suatu pengertian, kaidah, dalil dan rumus.
4. Item yang mengukur kognitif empat (c4) adalah item yang mengukur kemampuan untuk menganalisis. Ciri itemnya adalah berupa suruhan untuk mengidentifikasi sifat-sifat/ ciri-ciri tertentu, mengidentifikasi suatu sebab, motif atau alasan dan mencari bukti yang menyokong atau menolak suatu kesimpulan.
5. Item yang mengukur kognitif lima (c5) adalah item yang mengukur kemampuan mengadakan sintesis. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk merangkum fakta-fakta menjadi suatu pengertian, mengkaji informasi untuk menaris suatu kesimpulan, membuat ramalan dan memecahkan masalah.
6. Item yang mengukur kognitif enam (c6) adalah item yang mengukur kemampuan untuk mengadakan mengevaluasi. Ciri itemnya adalah memuat suruhan untuk menentukan mana yang terbaik/ terjelek atau mana yang lebih baih/ lebih jelek berdasarkan suatu patokan tertentu.
Note :
makalah ini dibuat ketika saya dan teman-teman masih kuliah dan berhasil persentasi makalah dengan predikat A, makalah dibuat oleh :
2. Rita Sari
3. Siti Rahmah
4. Titin Rusdiniati
5. Bariyah
6. Normi Islamsiah
7. Zul Akbar Ramadhani
8. Deden Firmansyah
Dosen : Dra. Salamah
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, 2005, Evaluasi Pendidikan (Raja Grafindo :Jakarta)
Drs. Wayan Nurkancana, 1990,Evaluasi Hasil Belajar(Usaha Nasional :Surabaya)
Nana Sudjana, 2008, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (PT. Remaja Rosdakarya : Bandung)
Thanks...dari blog ini saya bisa mengerti dengan jelas evaluasi hasil belajar siswa..
BalasHapusyup sama-sama,evaluasi yang objektif tentunya yang diharapkan sob,,,
BalasHapus